HUJAN BULAN JUNI

Twitter
Visit Us
Follow Me
LinkedIn
Share
RSS
Follow by Email

 Tak ada lagi hujan bulan Juni. Perubahan iklim telah mengubah musim.

SAPARDI Djoko Damono pasti menulis puisi Hujan Bulan Juni ketika dunia dan bumi masih normal, ketika musim tertib dan cuaca masih karib. Maka penyair ini menyebut hujan bulan Juni sebagai rintik air yang tabah, bijak, dan arif, karena ia turun membasahi tanah yang kering untuk memberi napas kepada akar pohon bunga itu. Dulu, hujan bulan Juni seperti cinta ibu yang selalu menunggu.

Kini, hujan bulan Juni adalah guruh yang sengit dan tak bisa ditebak, petir yang salah musim, rintik yang keliru waktu. Matahari tak sekadar cahaya, tapi dengus medusa yang menghisap titik embun ke langit yang tengadah lalu mengubah udara di bumi yang merekah. Hujan bulan Juni hari-hari ini seperti rindu seorang anak yang kelewat membludak.

Author: Bagja Hidayat

Wartawan majalah Tempo sejak 2001. Mendirikan blog ini pada 2002, karena menulis seperti naik sepeda: tak perlu bakat melainkan latihan yang tekun dan terus menerus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoy this blog? Please spread the word :)